Kritis
Versus “Ngeyel”
Semakin banyak seseorang
ingin tahu akan semakin membuat seseorang kritis dalam berpikir menghadapi
sesuatu. Jika yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam
contoh digunakan untuk menghadapi masalah masih dapat diterima. Karena proses
berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang beralasan dengan
menekankan pada suatu keputusan. Tetapi jika diganti dengan tindakan “ngeyel” itu
dari hasil berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah akan dapat menimbulkan
masalah lagi. “Ngeyel” merupakan
aktivitas yang dilakukan dari hasil proses perpikir yang tergesa-gesa. Biasanya dilakukan dengan mencari kesalahan
orang lagi, ketika ditegur, ketika dikecam, baru menyadari kalau belum berubah,
itu termasuk golongan orang-orang “ngeyel” atau bebal.
Banyak
diantara kita mengira kalau “ngeyel” yang dilakukan merupakan proses berpikir
kritis dalam menghadapi suatu masalah. Namun pada kenyataannya seseorang yang
dikatakan “ngeyel” proses berpikirnya
tidak selalu kritis. Sebagaian seseorang yang “ngeyel” dilakukannya untuk
membela pernyataan reflek yang sudah terlanjur diucapkannya.
Lalu
apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi orang yang “ngeyel”?. Pada umumnya
orang “ngeyel” atau bebal adalah orang yang tidak bertanggung jawab dengan
ucapannya, itu TIDAK BENAR. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjadi orang yang dapat
berpikir kritis bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkannya atau aktivitas
yang dilakukannya adalah mencoba berpikir terbuka atau “out of the box”,
menerima perubahan sebagai proses belajar yang dapat dilakukan dengan mudah
oleh semua orang untuk perubahan dirinya sendiri maupun perubahan untuk
disekitarnya disesuaikan dengan keadaan zaman.
*ngeyel
= bebal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar